Posts

Showing posts from 2010

Arah dan Prinsip Dasar TV Religi

Image
Banyak kalangan bertanya. Kemana saya harus membawa arah TV9 sebagai televisi segmented religi milik NU di tengah arus bisnis komunikasi yang makin kompetitif? Saya jawab: "Ya... harus mengacu pada misi risalah utama Nabi Muhammad saw, yakni penyempurnaan akhlaq manusia (li-utammima makarimal akhlaq). TV9 harus mampu menjalankan bisnis siarannya tanpa harus keluar dari batasan dan koridor prinsip dasarnya." Apa saja? Setidaknya ada tiga prinsip yang harus diugemi oleh tv9: sebagai media berdakwah, sebagai media penebar prinsip NU dan ketiga sebagai karakter media itu sendiri. Ketiganya harus menyatu dalam platform tv9, di samping harus menjalankan misi sebagai lembaga bisnis. Prinsip Dasar Dakwah: o Mengajak audiens pada ‘jalan ridla-Nya’ dengan cara: Hikmah (pesan lembut, non verbal namun penuh makna dan efektif), Mau’idzah Hasanah (pesan deskriptif, gamblang, mengarahkan, deskriptif, verbal, harus menarik, komunikatif), Mujadalah (pesan argumentative-persuasif, setara,

Peninggalan Gus Dur bernama "Humor”

Image
“Pengumuman: untuk memperingati Gus Dur, saya ingin bicara tentang apa yang ditinggalkannya kepada kita: humor". Tiba-tiba muncul tweet di time line account twitter saya dari @gm_gm yang tak lain adalah tokoh pers terkemuka Indonesia. Saya pernah belajar menulis feature pada manusia hebat ini di tahun 1996. Oleh karena itu tak heran, bila saya adalah satu dari 19.502 follewer pak GM. Saya follow pimpinan MBM TEMPO ini, karena seringnya dia memberikan kul-twit, istilah popular di komunitas para tweeps untuk ‘kuliah’ dari tokoh dan pakar melalui rangkaian tweet dari accountnya. Cukup efektif dan murah, karena kita dapat mendapat info dan ilmu penting secara real time. Hari itu Rabu, 4 Agustus 2010. Hari yang ‘disepakati’ sebagai hari lahir Almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kenapa disepakati, sebab aslinya, mantan presiden ini lahir pada tanggal 4 bulan Sya’ban, bulan ke delapan dari bulan qamariyah. Namun catatan 04-08 di pinggir sebuh kitab ayahanda beliau KH. Wahid Hasy

#tentangAyah: Gus Dur di Mata-Hati Alissa Wahid

Image
Dalam kesempatan bertestimoni #tentangAyah, di nuansa Hari Ayah (Father’s day) yang biasa diperingati pada pekan ketiga bulan Juni, Alissa Qatrunnada Wahid, putri pertama KH. Abdurrahman Wahid bercerita tentang ayahanda tercintanya. Kesaksian Mbak Lisa melalui rangkaian tweet (yang sengaja saya sambung satu persatu) di jaringan social twitter, membuat para followernya (termasuk saya) termenung, terhenyak dan trenyuh, dengan kisah pandangan mata yang nyata di balik kebesaran nama almarhum. Gus Dur seorang yang sederhana, tidak berlebih secara materi, dan (yang terpenting) hatinya bersih, putih dan bening, sebening salafunas shalihin. Gus Dur adalah pejuang, mujahid untuk orang banyak. Jadi wajar kalau beliau dicintai khalayak. Kepada kita, Alissa berpesan agar pengikut dan pendukungnya bisa meneladani dan meneruskan perjuangan beliau. Berikut penuturan lengkap Alissa Wahid: Ayahku bukan hanya milikku. Anak ideologisnya banyak sekali. Membuatku merasa nyaman, karena dima

Komunikasi Politik Dua Presiden

Image
"Bagaimana konstelasi politik?" sapa Yanuar, seorang teman yang jadi dosen, tiba-tiba muncul di layar chatting facebook. Saya gak tahu, kenapa dia tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu. Mungkin karena dia masih ingat, selama dua tahun sama-sama kuliah di Magistern Manajemen Komunikasi UI, saya sempat bantu-bantu DPP PKB (itupun lebih karena NU dan Gus Dur) mengelola komunikasi politik dan pemenangan pemilu 2004. "Waduh malas ngikuti, hehe...," jawab saya mencoba jujur. Saya kira jawaban itu yang sedang dimiliki oleh sebagian besar klas menengah di Indonesia, kecuali yang lagi 'terpaksa' berurusan dengan politik praktis.Menjadi Anggota parlemen, misalnya. Entah kenapa, saya jadi serius menafsiri penyimpulan itu. "(Politik kenegaraan nasional) saat ini terlalu kuat: politik pencitraannya. Ilmu komunikasi telah digunakan secara salah," cetus saya sok menjadi pakar komunikasi. Saya yakin Yanuar yang seorang akademisi sudah sangat tahu tentang i

Selamat Beristirahat Gus, Semoga Sampeyan Tidak Melupakan Kami

Image
(Inilah puisi untuk Gus Dur yang dibacakan pada puncak perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2561 di Jakarta Convention Center, yang dihadiri oleh Presiden SBY, Sabtu, 20 Pebruari. Sebuah apresiasi tulus membalas kebaikan sesama, sekaligus ungkapan halus untuk mengkritik penguasa...). Gus, sudah 53 hari sampeyan pulang, ke rumah Gusti yang Maha Sempurna, Maha Hangat, Maha Murah Senyum, Maha Welas Asih, dan maha bijaksana... Kami berharap Gus, semoga saja sampeyan kerasan, damai, nyaman, tenteram, dan bisa beristirahat dengan tenang .... Sesungguhnya Gusti Allah sangat sayang sama penjenengan Gus. Beliau memantau terus kerja dan karya-karya sampeyan yang tulus, ikhlas, lurus, total dan tak pernah mau istirahat... Meski diberi sakit, sampeyan tetap nekat jalan-jalan, menyapa kawan, menyambagi lawan, menjaga silaturrahmi, tanpa memandang pengkat dan golongan... Meski diberi kegelapan pandangan, sampeyan juga tak mau diam dan duduk manis, tak lelah berkeliling negeri, membela yang tertinda

Televisi dan Keresahan Para Kiai

Image
Berbagai stasiun televisi lokal mulai bermunculan di Jatim. Di antara mereka, menyembul TV9 milik PW NU Jatim. Televisi itu lahir lantaran sejumlah kiai resah atas maraknya acara TV yang nilai-nilainya cenderung luntur. LAYAR televisi itu menyajikan gambar laki-laki tua dan muda duduk membawa rebana. Mereka mengenakan baju koko. Di sebelah gambar itu ada sosok pria dan wanita yang mengatupkan tangan sebagai tanda salam. Intinya adalah tulisan di antara dua gambar itu. Yakni, Santun Menyejukkan . Tagline tersebut ditampilkan pada 31 Januari saat TV9 diresmikan Gubernur Jatim Soekarwo di Jalan Raya Darmo 96. Bangunan itu merupakan kantor lama PW NU Jatim. Di bangunan itulah TV9 kini berkantor. Acara-acara stasiun anyar tersebut memang masih belum mengudara. Sebab, sejumlah peralatan masih dipersiapkan. Di antaranya, pemancar, antena, dan peralatan untuk memperkuat jangkauan tayang. Pemancar itu diletakkan di Kelurahan Sambisari, Sambikerep, berbaur dengan pemancar stasiun televisi yan

Banjir Kok (dianggap) Biasa.... Bangkit, Dong!

Image
Kejadian itu kembali terulang. Tanggal 9 hingga 11 Januari 2010 lalu, Banjir melanda Pasuruan. Di Kota Pasuruan, banjir merendam sawah dan rumah warga, serta jalan raya Karangketug, di wilayah Kecamatan Gadingrejo. Sedangkan di Kabupaten Pasuruan, banjir merendam desa-desa di wilayah Kecamatan Pohjentrek, Kraton, Pandaan, Rembang, dan Bangil. Akibat banjir tersebut sebanyak 5.713 rumah warga terendam yang 14 di antaranya rusak berat dan ringan. Tiga orang meninggal,sedangkan satu orang dinyatakan hilang. Tiga korban meninggal masing-masing, Suyanto, warga Desa Sebani, Kecamatan Pandaan, meninggal setelah disambar petir saat hujan lebat yang mengakibatkan banjir. Tirto Utomo, seorang warga Desa Kebonwaris, Kecamatan Pandaan ditemukan tewas setelah terseret arus banjir. Sedangkan Rohman warga Desa Kalirejo, Kecamatan Bangil ditemukan tewas setelah terseret arus banjir, dan Ihya Ulumuddin, warga Desa Kesrikan, Kecamatan Bangil hilang terseret arus banjir (sumber: ANTARA). Apa penyebabnya?

Wimar: Nama Gus Dur Sudah Bersih

Image
Nama Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinilai tidak perlu dibersihkan terkait kasus Buloggate dan Bruneigate. Justru yang perlu dibersihkan justru pihak-pihak yang pernah menjatuhkannya. "Nama Gus Dur sudah bersih, yang perlu pembersihan nama orang yang menjatuhkannya," ujar mantan jubir Gus Dur, Wimar Witoelar usai diskusi di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (8/1/2010). Menurut Wimar, Gus Dur tidak akan meminta gelar pahlawan. Gus Dur juga tidak memerlukan gelar pahlawan jika ada kelompok politik yang menolak pemberian itu. "Gus Dur tidak akan meminta gelar pahlawan. Bagi saya beliau sudah mendapatkan penghargaan dengan apa yang terjadi saat ini," kata dia. Wimar menilai, masyarakat telah menyia-nyiakan orang sebesar Gus Dur. "Sudah cukup masyarakat menyadari bahwa kita telah menyia-nyiakan orang besar yang banyak disalah mengerti. Tapi ilmu kebijaksanaannya sudah dimengerti saat ini," beber Wimar. Saat ditanya apakah dirinya mend

Dengan Mati, Engkau Abadi!

Image
(Bahkan akupun masih sibuk 'tertegun' atas kepergiannya. Tapi Bung Yudhi Latif sudah mengapresiasi Gus Dur dengan bagusnya. Diksi atau pilihan katanya bernas. Jujur, tulisan ini bagus, Bung. Kompas, 5 Januari 2010) Tunjukkan padaku seorang pahlawan, niscaya akan kutulis suatu tragedi,” ujar pujangga F Scott Fitzgerald. Di tengah gemuruh takbir dan derai isak tangis yang mengiringi kepergian KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sebuah ode ditulis banyak orang di media dan jejaring maya yang menobatkannya sebagai pahlawan. Pahlawan adalah mereka yang berani mengubah tragedi menjadi jalan emansipasi. Seperti itu jualah Gus Dur. Secara individual ataupun komunal, ia tumbuh mengerami rangkaian kepahitan dan keterpinggiran. Sejak masa kanak-kanak, ia mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya, ditambah kecelakaan susulan yang mengganggu penglihatannya. Sebagai ”cucu dari kakeknya dan anak dari ayahnya”, Gus Dur yang mewarisi rumah Islam tradisional juga mendapati umatnya dalam si

Bola Demokrasi

Image
(Kali ini Romo Sindhunata yang melakukankannya di Harian Kompas, 05/01/10. Memotret Gus Dur dari angle yang unik: sepakbola. Kelebihan Gus Dur di sisi ini, salah satu yang paling menarik dari beliau. Betapa asyiknya, menjelaskan demokrasi dan politik dengan 'bola'. Sesuatu yang tanpa sadar, aku sering menconteknya) Almarhum atau swargi Gus Dur bukan hanya kiai, mantan Ketua PBNU, dan mantan Presiden. Semasa hidupnya, swargi Gus Dur juga seorang pencinta dan pengamat sepak bola yang andal. Ulasan bolanya tentang Piala Dunia sering menghiasi halaman pertama harian ini. Ketika Gus Dur menjadi Presiden, beberapa kali penulis juga memakai bahasa bola dalam mengomentari pemerintahannya. Kami malah sempat terlibat dalam polemik berbahasa bola. Waktu menghadapi kasus Bulog, Gus Dur begitu yakin akan dapat mengatasi Pansus DPR karena ia menerapkan strategi catenaccio. Penulis mengkritik strategi pertahanan konservatif itu. Kalau Gus Dur memakai ”catenaccio politik”, yang cenderung men

Gus Dur Telah Pergi

Image
( Franz Magnis-Suseno Rohaniwan dan Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara menulis di Kompas, 4 Januari 2010. Belum sempat aku berekspresi, tapi tulisan 'romo' ini bisa jadi mewakili sebagian 'gelora dan rasa'-ku sebagai seorang Gusdurian): Meskipun tahu bahwa Gus Dur sakit-sakitan, saat kemarin Tuhan mengatakan, ”Gus, sudah cukup!”, mengagetkan juga. Banyak dari kita, khususnya tokoh dan umat berbagai agama di Indonesia, merasa kehilangan. Kita menyertai arwahnya dengan doa-doa kita agar ia dengan aman, gembira, dan pasti terheran-heran dapat sampai ke asal-usulnya. Betapa luar biasa Abdurrahman Wahid, Gus Dur kita ini! Seorang nasionalis Indonesia seratus persen, dengan wawasan kemanusiaan universal. Seorang tokoh Muslim yang sekaligus pluralis dan melindungi umat- umat beragama lain. Enteng-enteng saja dalam segala situasi, tetapi selalu berbobot; acuh-tak acuh, tetapi tak habis peduli dengan nasib bangsanya. Orang pesantren yang suka mendengarkan simfoni-