Televisi dan Keresahan Para Kiai

Berbagai stasiun televisi lokal mulai bermunculan di Jatim. Di antara mereka, menyembul TV9 milik PW NU Jatim. Televisi itu lahir lantaran sejumlah kiai resah atas maraknya acara TV yang nilai-nilainya cenderung luntur. LAYAR televisi itu menyajikan gambar laki-laki tua dan muda duduk membawa rebana. Mereka mengenakan baju koko. Di sebelah gambar itu ada sosok pria dan wanita yang mengatupkan tangan sebagai tanda salam. Intinya adalah tulisan di antara dua gambar itu. Yakni, Santun Menyejukkan.

Tagline tersebut ditampilkan pada 31 Januari saat TV9 diresmikan Gubernur Jatim Soekarwo di Jalan Raya Darmo 96. Bangunan itu merupakan kantor lama PW NU Jatim. Di bangunan itulah TV9 kini berkantor.

Acara-acara stasiun anyar tersebut memang masih belum mengudara. Sebab, sejumlah peralatan masih dipersiapkan. Di antaranya, pemancar, antena, dan peralatan untuk memperkuat jangkauan tayang. Pemancar itu diletakkan di Kelurahan Sambisari, Sambikerep, berbaur dengan pemancar stasiun televisi yang lain.

Karena itu, kantor tersebut masih belum dipenuhi peralatan yang beragam. Hanya ada beberapa unit komputer untuk kebutuhan manajemen dan mengedit video. Belum ada ruangan khusus redaksi, editor, produser, atau siaran. Selain itu, beberapa ruang di gedung yang bernuansa hijau itu masih terlihat kosong.

Anggota Dewan Direktur TV TV9 Hakim Jayli menyatakan, ruangan tersebut bakal dipakai untuk berbagai kebutuhan keredaksian, editing, hingga produser. Senyampang ruangan itu belum terisi, TV9 masih berkonsentrasi pada uji coba teknis pemancar siaran hingga Maret.

Sekarang, 11 kabupaten dan kota di Jatim sudah nyaut TV9. Yaitu, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Kediri, Pasuruan, dan Probolinggo. Madura belum bisa. Karena itu, kini tim TV9 terus diterjunkan ke Pulau Garam tersebut untuk memantau siaran.

Menurut Hakim, di sebelas daerah yang sudah bisa menangkap siaran, kadang masih ada gangguan. Kadang-kadang gambar tak jelas, hilang, lalu muncul lagi. Pantauan soal itu terlihat saat Jawa Pos mewawancarai Hakim pada Selasa (9/2). ''Ini yang akan kami rampungkan dulu,'' katanya.

Menurut dia, problem tersebut wajar. Semua TV swasta juga mengalami seperti itu. Setelah uji coba siaran rampung, gambar sudah bisa diterima secara jernih, mereka akan uji coba program. Itu direncanakan pada April hingga Mei. Program yang diujicobakan adalah news, religi, musik, film, serta hiburan. Menurut alumnus Universitas Brawijaya Malang itu, kalau semua lancar, TV9 di-launching Juni mendatang.

Hakim menuturkan, TV9 akan membangun perbedaan dengan televisi lain dalam hal cara pandang berita dan hiburan. Dia menuturkan, dalam menyajikan berita, pihaknya akan menggunakan jurnalisme damai, yang tidak mengadu domba, tidak melakukan fitnah, dan ghibah. Untuk hiburan, mereka juga memilih yang tidak berbau maksiat.

Sebab, kata Hakim, masih banyak hiburan yang memang punya nilai-nilai santun, mencerdaskan, mendidik, dan berakibat positif. Cara pandang itu sudah menjadi prinsip NU untuk menjalankan TV9. Setiap tayangan harus bernuansa religius.

Yang menjadi tantangan besar bagi dirinya adalah menerapkan misi-misi NU dalam tayangan TV9. Misalnya, pemahaman Islam yang moderat, tidak radikal, mencari garis tengah, dan selalu berimbang. Menurut ayah satu anak itu, televisi tersebut lahir dari keresahan para kiai dan tokoh NU melihat tayangan-tayangan televisi yang tidak sesuai norma, budaya Islam, dan jauh dari nilai religius. Para kiai tidak rela tayangan tersebut dikonsumsi masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur yang kebanyakan warga nahdliyin.

Setiap konferensi wilayah (konferwil) NU Jatim yang diikuti pimpinan cabang NU setiap lima tahun, para kiai selalu memberi masukkan agar PW NU membentuk televisi lokal Jatim. Usul-usul itu muncul sejak lama, yakni 1995. Karena itu, PW NU pun bergerak mencari format pas membentuk televisi lokal. Dengan demikian, lahirlah TV9 yang resmi di-launching pada 31 Januari.

Nama TV9 juga berdasar rapat para kiai pada 2008. Nama tersebut mempunyai makna yang cukup luas. Bintang pada lambang NU ada sembilan. Para wali yang menyerbarkan Islam juga sembilan. Lalu, angka sembilan merupakan angka tertinggi. ''Kami ingin menjadi televisi yang mempunyai nilai tinggi,'' tegas Hakim.

Saat gagasan TV9 sudah disepakati, waktu itu ada televisi lokal di Pasuruan yang bernama PasTV. Televisi yang didirikan orang-orang NU, walaupun televisi tersebut bukan milik NU. Hakim yang saat itu menjadi pimpinan di televisi tersebut melakukan komunikasi secara instensif dengan PW NU yang mempunyai gagasan mendirikan TV lokal Jawa Timur. Setelah rapat, akhirnya disepakati agar dirinya dan teman-teman di PasTV bisa mengelola TV9. ''Jadi, PasTV merupakan embrio lahirnya TV9,'' ungkap pria asal Pasuruan tersebut.

Dia menyatakan, TV9 bukanlah televisi komunitas yang biayanya ditanggung komunitas tersebut. TV9 adalah televisi swasta yang pembiayaannya berasal dari iklan. Jadi, walaupun membawa misi NU, TV9 bukanlah televisi komunitas yang biayanya dari NU. Hakim menegaskan, TV9 harus menjadi industri penyiaran TV lokal terdepan di Jawa Timur. (KHAFIDLUL ULUM)

Comments

Anonymous said…
Slots & Casino Sites - Lucky Club Live
The Best Online Slots and Casinos · Wild Vegas · SuperSlots · LuckySpins · The Jackpot City · Top10 Mobile Slots · Bally's luckyclub.live · Casimba · Ignition Casino · Spin

Popular posts from this blog

Obituari Kyai Mukhlason: 'Lentera' Itu Telah Padam

PMII dan Visi Besar Para Aktivisnya

Darul Ulum Tetap Jaya, yang Melegenda