Skip to main content

PCNU Luncurkan KARTANU Plus

Di hadapan para masyayikh dan pengurus NU mulai tingkat cabang, MWC hingga ranting, Ahad, 11 Oktober 2009 kemarin PCNU Kabupaten Pasuruan meluncurkan KARTANU Plus . Acara yang dikemas dalam bentuk Halal Bihalal tersebut digelar di Kantor PCNU di Warungdowo.
Peluncuran KARTANU Plus ini merupakan realisasi dari Program Pendampingan Agribisnis (PPA) PCNU yang telah dilaunching dua bulan sebelumnya. Selain sebagai ID-Card (mirip ATM) bagi anggota NU, KARTANU Plus sekaligus berfungsi sebagai penggalangan infaq warga NU yang akan digunakan sebagai Dana Penjamin Usaha bagi kelompok tani/UMKM binaan NU. Besar infaq per kartu hanya Rp 50.000. Dana yang terkumpul akan menjadi Dana Abadi di rekening BRI karena tidak akan pernah dicairkan untuk keperluan apapun, selain sebagai jaminan usaha. Pengajuan penggunaan jaminan Dana Abadi, menggunakan mekanisme yang disusun bersama oleh PCNU dan BRI Cabang Pasuruan. Hingga saat ini sudah ada 8 kelompok tani/UMKM binaan yang mengakses program ini.
Hingga Desember 2009 ini, ditarget terkumpul Dana Abadi sebesar Rp 1 Milyar Rupiah, yang berarti terkumpul pendaftar KARTANU Plus sebanyak 200.000 orang. Dengan demikian setiap MWC harus memperoleh 1000 pendaftar, target yang sangat realistis. Selain melalui Kartanu Plus, penggalangan Dana Abadi juga digalang melalui proposal khusus yang ditujukan pada para pengusaha, tokoh dan pihak-pihak yang peduli pada peningkatan kesejahteraan petani, termasuk dana CSR Perusahaan di Pasuruan. Target ini realistis, karena dukungan dari para professional dan praktisi usaha terus mengalir, dan insya Allah pada tahun 2011 dana abadi ummat diperkirakan menembus angka 5 Milyar bahkan lebih.
Program ini merupakan inisiatif PCNU Kabupaten Pasuruan yang bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) Purwodadi. Pembayaran KARTANU Plus maupun donasi langsung dikirim ke rekening BRI di nomor 0065.01.032052.50.6 an. PCNU Kabupaten Pasuruan Dana Abadi. Pendaftaran KARTANU Plus dapat dilayani di Kantor PPA-PCNU di Warungdowo telP 422900 atau ke officer-PPA yang tersebar di setiap MWC/kecamatan.

Comments

Popular posts from this blog

Obituari Kyai Mukhlason: 'Lentera' Itu Telah Padam

Namanya Kyai Muhlashon. Usianya sebaya dengan ayahandaku, 65-an tahun. Konon mereka berdua, satu pondok nyantri ke Kyai Jazuli, Ploso, Kediri. Karenanya, dia selalu baik padaku. Terasa sekali, kalau dia menganganggapku anak. Walau dia bungkus dengan sebuah penghormatan 'formal' padaku. Dia selalu memposisikan 'bertanya' kepadaku. Hanya karena dia pengurus MWC (pengurus NU di tingkat kecamatan). Sehingga merasa harus bertanya dan 'taat' pada kebijakan Pengurus Cabang. Acapkali aku merasa risih. Bukan hanya karena selisih umur yang hampir separuh, tetapi juga karena beliau syuriyah NU, pemegang kebijakan tertinggi di NU. Bahkan Rois Syuriyah. Sementara aku hanya tanfidziyah (pelaksana), dan itupun hanya sekretaris. Belum lagi, bila diperbandingkan 'jasa' beliau membina ruhani dan syari'at ummat. Waduh, gak ada apa-apanya. Aku hanya sebutir pasir di tengah gurun perjuangan yang dia jalani selama ini. Betapa tidak. Tiap malam, dia mengasuh pengajian ruti

Sindikasi Media-Media NU

Liberalisasi ekonomi di Indonesia berakibat pada penguasaan sektor strategis oleh pihak swasta terutama swasta asing. Eksistensi kita sebagai bangsa menjadi terancam. Bila tak ada perlindungan memadai dari negara, maka bisa dipastikan rakyat Indonesia akan menjadi obyek langsung liberalisme dan kapitalisme dunia. Salah satu sektor strategis yang hampir sepenuhnya dikuasai swasta (domestik dan asing) adalah sektor media. Oligopoli industri media telah membawa Indonesia pada ancaman serius di bidang kebudayaan mengingat industri media lebih menempatkan aspek bisnis sebagai misi utama mengesampingkan aspek budaya baik berupa norma sosial maupun agama. Sinyalemen Pakar Komunikasi Massa Dennis Mc Quail: conten of the media always reflects who finance them (isi media apa kata siapa pemilik media) benar-benar terbukti. Ketika Media dimiliki oleh kaum kapitalis (sebagian di antaranya kapitalis media internasional), maka pesan yang keluar dari media (cetak, elektronik dan internet) lebih

Televisi dan Cinta Kiai Nizar pada Gus Dur

Malam Ahad, 28 Shafar 1444 Hijriyah, bertepatan 24 September 2022, digelar peringatan 21 tahun wafat KH Nizar Hafidz, Pengasuh PP Hidayatullah, Tampung, Kalirejo, Kecamatan Gondangwetan, Pasuruan. Saya mencoba mengenang sosok istiqamah, sabar, alim, dan sangat mencintai ilmu ini. Semoga menjadi ibarat dan isarat kebaikan bagi kita semua. Kiai Nizar adalah suami Bik Roh, bibi (adik abah) saya, Nyai Hariroh binti KH Birrul Alim. Karenanya, saya memanggil Kiai Nizar dengan Man Nizar. Man Nizar lama mondok di Sidogiri, era Kiai Abdul Jalil, Kiai Abdul Adzim hingga Kiai Kholil. Man Nizar diambil menantu untuk mengembangkan Pondok Tampung oleh Mbah Birrul Alim yang pernah menjadi pengasuh sementara Sidogiri saat transisi kepangasuhan dari Kiai Jalil ke Kiai Kholil Nawawi.  Mbah Birrul Alim sendiri menjadi pengasuh Pondok Tampung, karena sebagai santri senior di Pondok Sidogiri, diambil menantu Mbah Tolchah Tampung, dinikahkan dengan Nyai Masniyah (ibu abah saya, Kiai Muzakki). Begitulah tra